Sunday, June 7, 2009

1.3. HERPES SIMPLEKS 2,4


DEFINISI
Adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

SINONIM
Fever blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.

ETIOLOGI
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).

GEJALA KLINIS
Awitan penyakit didahului perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam, kadang-kadang timbul nyeri saraf. Pada infeksi primer gejala-gejala lebih berat dan lebih lama jika dibandingkan dengan infeksi rekuren, yaitu berupa malaise, demam dan nyeri otot.



PEMERIKSAAN PENUNJANG
d. Pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck
e. Pemeriksaan antibodi dengan teknik fluoresensi langsung
f. Kultur jaringan.

DIAGNOSIS BANDING
4. Impetigo; cairan serosa dan krusta menonjol pada impetigo
5. Herpes zoster; lesi sepanjang perjalanan saraf
6. Ulkus durum; pemeriksaan lapangan gelap,dapat ditemukan spiroketa.

PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan bersifat simtomatis.
Jika vesikel pecah:
e. Kompres dengan sol. Kalium permanganas 1/5000
f. Obat-obat antiseptik seperti: povidon yodium
g. Idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA
h. Alkohol 70% untuk mengeringkan dan desinfeksi
Sistemik: Dapat dicoba dengan asiklovir 5 x 400 mg/hari selama 5-10 hari
Pada pasien imunokompeten:
c. Lesi inisial : asiklovir 5 x 200 mg selama 5 hari atau 2 x 400 mg/hari
d. Infeksi rekuren asiklovir : 5 x 200 mg selama 5 hari atau 2 x 400 mg/hari
Pada pasien dengan tanggap imun lemah (imunocompromised):
c. Herpes mukokutan primer : asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 10 hari
d. Herpes imunokutan rekuren : asiklovir 5 x 400 mg selama 5-7 hari.

PROGNOSIS
Cenderung rekuren.



1.4. TINEA KRURIS 2,4,11


DEFINISI
Adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya. Sumber lain menyebutkan tinea kruris ialah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.

ETIOLOGI
Seringkali oleh E. Floccosum, namun dapat pula oleh T. Rubrum dan T.mentagrophytes, yang ditularkan secara langsung atau tak langsung.

GEJALA KLINIS
Rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke genitalia; ruam kulit berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10% tampak elemen jamur seperti hifa, spora dan miselium.

DIAGNOSIS BANDING
d. Eritrasma; batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, fluoresensi merah bata yang khas dengan sinar wood.
e. Kandidiasis; lesi relatif lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit.
f. Psoriasis intertriginosa; skuama lebih tebal dan berlapis-lapis.


PENATALAKSANAAN
? Antimikotik topikal cukup efektif diantaranya imidazol, allylamin, derivat pyridon dan lain-lain. Pasien harus diinstruksikan untuk menggunakan 2 kali dalam sehari.
? Anti mikotik oral seperti griseofulvin 500-750 mg/hr selama 2-4 minggu, fluconazol 150 mg 1x/mgg selama 2-4 minggu, itraconazol 200 mg/hr selama 2-4 mgg, dan terbinafin 250 mg/hr selama 1 minggu dapat digunakan pada penyakit yang berat, infeksi kambuhan yang sulit disembuhkan, pasien imunocompromised.
? Steroid topikal secara umum tidak digunakan walaupun obat ini berefek antiinflamasi yang dapat mengurangi rasa gatal. Obat ini dapat menghambat respon selular pada infeksi.
? Pengobatan harus termasuk mencari sumber infeksi untuk mencegah paparan kembali dan infeksi ulang. Penggunaan shampo anti jamur (1-2% ketokonazol) dan sabun setelah paparan dengan kelembaban, lingkungan yang basah agar dapat mencegah terjadinya infeksi.

PROGNOSIS
Baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu dijaga.



DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Suria., Hubungan Kelainan Kulit Dan Penyakit Sistemik., Dalam: Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI. Jakarta. 2005.
2. Greenberg, Michael, E. Candidiasis. In: Emedicine, 2005
3. Denning., Fornightly Review: Management of Genital Candidiasis. In: BMJ, 2006
4. http://www.ijdvl.com/tinea cruris.html
5. Siregar, RS., Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. 2005. Jakarta.
6. http://www.Netterimages.com/dermatology.html

No comments:

Post a Comment